TEORI KOMUNIKASI AGAMA ; MEDIA & AGAMA

     Teori Komunikasi Agama, teori sendiri merupakan suatu konsep atau kerangka yang memiliki pedoman ilmu atau kebenaran, bisa diartikan juga sebagai satu abtraksi atau konsep dari sebuah fenomena yang telah diteliti. Teori adalah sekumpulan konsep dan prinsip yang digunakan untuk menjelaskan atau memahami suatu fenomena secara sistematis. Dalam konteks komunikasi agama, teori digunakan untuk menganalisis bagaimana pesan-pesan keagamaan disampaikan, diterima, dan dipahami oleh individu atau kelompok. Misalnya, komunikasi agama dapat dipelajari melalui cara pemuka agama menyampaikan ajaran, penggunaan simbol-simbol keagamaan dalam interaksi sosial, serta bagaimana media digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai spiritual. Teori ini membantu memahami peran komunikasi dalam membentuk persepsi, keyakinan, dan perilaku religius dalam masyarakat.

  • Pengertian Komunikasi Agama
Komunikasi agama merupakan proses penyampaian pesan yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan dari satu pihak kepada pihak lain yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran agama, membangun pemahaman, serta memperkuat keyakinan dalam suatu komunitas keagamaan. Adapun bentuk-bentuk komunikasi agama diantara lain; khotbah, ceramah, dakwah, dialog antaragama, dan komunikasi interpersonal antara individu yang membahas isu-isu keagamaan.

  • Fungsi Komunikasi Agama

  1. Menyampaikan ajaran agama
  2. Membangun Identitas Keagamaan 
  3. Memfasilitasi dialog antargama
  4. Menyelesaikan konflik keagamaan
  5. Memberikan motivasi spiritual


TEORI DALAM KOMUNIKASI AGAMA

  • Teori Difusi Inovasi (Everett Rogers)

Teori ini menjelaskan bagaimana ajaran agama dapat menyebar di masyarakat seperti halnya dengan inovasi. Dalam konteks agama dakwah atau penyebaran ajaran bisa di ibaratkan sebagai inovasi yang diterima secara bertahap oleh masyarakat melalui pemuka agama atau tokoh yang memiliki pengaruh. Contoh implementasinya adalah ceramah yang banyak di upload di YouTube dan terdapat aplikasi dakwah digital.
  • Teori Uses and Gratifications
Teori ini menyoroti bagaimana indiviidu menggunakan komunikasi agama untuk memenuhi kebutuhan tertentu, seperti pencarian makna hidup, ketenangan batin atau bimbingan moral. Teori ini menggambarkan bahwa kita yang mencari sesuatu sesuai dengan kebutuhan diri kita. Contoh implementasi dari teori ini yaitu adanya podcast keagamaan dan grup diskusi online yang sekarang mulai berteberan di internet maupun media sosial.
  • Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead)
Teori ini menjelaskan bagaimana simbol-simbol agama, seperti kitab suci, ritual, dan bahasa keagamaan mempengaruhi interaksi sosial serta identitas keagamaan seseorang. Implementasinya adalah pengenalan simbol agama di media sosial seperti yang kita tahu bahwa bulan itu menggambarkan lambang dari agama islam dan hal lainnya, serta film religi yang banyak di produksi dari berbagai agama.
  • Teori Komunikasi Persuasif
Teori ini relevan dalam dakwah dan penyebaran ajaran agama. Seorang komunikator agama perlu menggunakna strategi persuasif yang tepat agar pesan agama dapat diterima dengan baik oleh audience. Contohnya  kampanye toleransi agama dan ceramah dengan menggunakan teknik storytelling.
  • Teori Kontruksi Sosial (Peter L. Berger & Thomas Luckmann)
Teori ini menyatakan bahwa realitas sosial dibentuk melalui komunikasi. Dalam konteks agama, ajaran-ajaran agama membentuk cara pandang masyarakat terhadap kehidupan, moralitas, & nilai-nilai sosial. Implementasi dalam teori ini yaitu pembuatan konten keagamaan di Tik-Tok dan dialog antaragama di podcast yang kini sedang ramai.
Adapun bentuk-bentuk komunikasi di dalam agama, dibagi menjadi 3 yaitu:

Komunikasi verbal yang mencakup: khotbah, ceramah, pengajian, dialog antaragama, dan diskusi kelompok keagamaan.

Komunikasi non-verbal yang mencakup: Simbol-simbol agama( salib, bulan sabit, patung budha), ritual keagammaan (sholat, meditasi, misa), serta busana keagamaan (jilbab, jubah, kalung salib)

Komunikasi Media massa & Digital yang mencakup: Dakwah melalui televisi, radio, dan media cetak, ceramah keagamaan di YouTube atau media sosial, serta artikel dan blog tentang ajaran agama.


Tantangan & Strategi Efektif dalam Komunikasi Agama 

Tantangan : - Distorsi Pesan

                                - Perbedaan latar belakang budaya

                                - Knflik antaragama

                             - Pengaruh media sosial

Strategi Efektif : - Menggunakan bahasa yang mudah dipahami

                                       - Membangun dialog yang inklusif

                                    - Memanfaatkan teknologi

                                    - Mengedepankan toleransi & empati

                                    - Memilih komunikator yang kredibel 

Komunikasi agama adalah proses penting dalam penyebaran nilai-nilai keagamaan dan membangun pemahaman antarumat beragama. Dengan menggunakan teori komunikasi yang relevan dan strategi komunikasi yang efektif, maka pesan agama dapat diterima dengan lebih baik dan berdampak positif dalam kehidupan masyarakat.

ISU KEAGAMAAN YANG DIKAITKAN DENGAN TEORI 

Isu pernikahan beda agama di Indonesia selalu jadi topik yang panas. Secara hukum, pernikahan sah kalau sesuai dengan aturan agama masing-masing, tapi nggak ada aturan yang jelas soal menikah beda agama. Akibatnya, banyak pasangan yang kesulitan mencatatkan pernikahan mereka secara resmi. Beberapa memilih menikah di luar negeri, sementara yang lain harus berjuang di pengadilan buat dapat pengakuan. Baru-baru ini, Mahkamah Agung mengeluarkan aturan baru buat memberi panduan ke hakim dalam menangani kasus-kasus ini, tapi tetap aja perdebatan di masyarakat terus berlanjut.

Kalau dilihat dari teori agenda setting, media punya peran besar dalam membentuk cara masyarakat melihat pernikahan beda agama. Semakin sering media membahas kasus pasangan yang kesulitan menikah atau cerita orang-orang yang harus menikah diam-diam karena aturan yang rumit, makin besar pula perhatian publik terhadap isu ini. Media bisa bikin orang mikir, "Emang harusnya aturan ini diperketat atau malah lebih fleksibel?" Dengan sorotan media yang terus-menerus, pemerintah dan para pemangku kebijakan bisa ikut terpengaruh dan akhirnya mempertimbangkan perubahan regulasi atau kebijakan yang lebih jelas soal pernikahan beda agama. Jadi, teori ini nunjukin kalau apa yang dianggap penting oleh media bakal ikut menentukan apa yang dianggap penting oleh masyarakat dan akhirnya bisa mempengaruhi keputusan hukum atau sosial di Indonesia.

sumber : https://kemenag.go.id/kolom/larangan-nikah-beda-agama-halangi-kebebasan-beragama-d8Vwx?utm 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendahuluan: Media & Agama

Literasi Digital dalam Perspektif Agama : Media & Agama