Literasi Digital dalam Perspektif Agama : Media & Agama

Keberadaan agama merupakan cara untuk menyelesaikan masalah nyata yang dihadapi oleh manusia. Maka dari itu, agama kemudian diajarkan atau disampaikan secara langsung atau real religion dari pendakwah agama kepada yang didakwahinya (Iqbal, 2016, p. 2; Malik, 2021,p.1). Namun demikian saat ini muncul fenomena baru yang disebut dengan Cyber Religion, yang dipercepat munculnya oleh dampak pendemi Covid-19, yang juga menjadi perhatian pemerintah melalui Program Literasi Digital Nasional. Sebagaimana diketahui, bahwa pandemi virus adalah salah satu bentuk disrupsi global terbesar dalam sejarah peradaban manusia yang dialami oleh negara Indonesia dan berbagai belahan dunia lainnya.

Secara bahasa Literasi Digital merupakan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan teknologi digital dan internet secara efektif dan bijaksana. Melek aksara media dimulai di Inggris dan Amerika Serikat masing-masing sebagai akibat propaganda perang pada 1930-an dan munculnya iklan pada 1960.

Dalam melihat berbagai permasalahan sosial di Indonesia, ada tiga data penting yang perlu diperhatikan: angka penduduk miskin yang masih tinggi dari tahun ke tahun, rata-rata IQ nasional yang hanya berada di angka 78,49, serta angka anak stunting yang terus meningkat. Sekilas terlihat berbeda, namun ketiga data ini memiliki keterkaitan yang kuat dan menunjukkan pola masalah yang saling memengaruhi.

Kalau ditelaah lebih dalam, berbagai masalah besar yang dihadapi Indonesia seperti jumlah penduduk miskin yang tak kunjung menurun, rata-rata IQ nasional yang masih rendah di angka 78,49, serta angka stunting anak yang terus bertambah. Sebenarnya saling berkaitan dan berakar dari satu persoalan utama: stunting pada anak-anak. Stunting bukan hanya soal tinggi badan yang tidak ideal, tapi juga menyangkut perkembangan otak yang terganggu akibat kekurangan gizi kronis sejak dini. Dampaknya, anak mengalami penurunan kemampuan kognitif, termasuk IQ yang rendah.

Kondisi ini kemudian memengaruhi kualitas belajar, produktivitas, dan kesempatan mereka untuk keluar dari jerat kemiskinan. Ketika satu generasi tidak bisa berkembang optimal, maka masalah ekonomi pun terus berulang. Artinya, stunting menjadi awal dari rantai panjang yang menghubungkan masalah kesehatan, pendidikan, hingga kemiskinan. Fokus utama pembangunan seharusnya dimulai dari sini—dari memperbaiki kualitas gizi dan tumbuh kembang anak. Selama akar masalah ini belum dibereskan, roda perputaran krisis ini akan terus berlanjut dari generasi ke generasi.

"Agama adalah desah napas keluhan dari makhluk yang tertekan, hati dari dunia yang tak punya hati, dan jiwa dari kondisi yang tak berjiwa. ia adalah opium bagi masyarakat" Karl Marx

Menurut Fukuyama, untuk mencegah kehancuran umat manusia lebih jauh diperlukan satu komisi kolaboratif-integratif yang terdiri dari para ilmuwan, agamawan, sejarawan dan para ahli bioteknologi, dengan tugas utamannya mengkaji implikasi moral dan sosial dari hasil-hasil penelitian bidang bioteknolgi tersebut. Dengan kata lain, untuk menghadapi disrupsi yang diakibatkan oleh bioteknologi, Fukuyama menghendaki adanya kolaborasi-integratif antara ilmuwan dan agamawan secara interdisipliner serta integrasi antara ruang manual dan digital dalam menyampaikan ajaran agama. 

Munculnya hoax, bukan hanya karena berita tersebut memang fiktif, namun kesalahan dalam membaca dan mengolah data menjadi sebuah informasi dan ide itu juga merupakan kebohongan. Dlam perspektif islam, hoax dikategorikan sebagai informasi fiktif untuk tujuan tertentu yang dapat merugikan orang lain. Karenya, kita dituntut untuk pandai berliterasi digital di era banjir informasi seperti saat ini. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan:

            1. Elemen Berita Hax, biasanya mengandung kata yang hiperbola. Seperti                                                     Sebarkanlah! Viralkanlah!

            2. Verifikasi Sumber, cari sumber paling terpercaya dan terbukti keasliannya.

            3. Cek Gambar dengan aplikasi atau website fast checking.


TUGAS TAMBAHAN KORELASI ANTARA NEGARA PALING RELIGIUS DENGAN RENDAHNYA KEAMANAN DINEGARA TERSEBUT

Ada sebuah ironi yang muncul ketika melihat data global tentang negara-negara paling religius di dunia. Negara seperti Somalia, Bangladesh, dan Yaman menempati posisi atas dalam hal tingkat religiusitas masyarakatnya. Artinya, kehidupan sosial di sana sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama, dan mayoritas penduduknya menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Tapi yang bikin mikir, di sisi lain, negara-negara tersebut juga termasuk dalam daftar 10 besar negara paling tidak aman di dunia dengan tingkat kriminalitas, konflik, dan instabilitas politik yang tinggi.

Secara logika, harusnya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama bisa hidup lebih damai, jauh dari kekerasan dan saling menghargai satu sama lain. Karena semua agama pada dasarnya ngajarin hal-hal baik, seperti menjauhi kejahatan, menjaga sesama, dan hidup dalam kedamaian. Tapi kenyataan di lapangan bilang hal sebaliknya. Ini nunjukin bahwa tingginya tingkat religiusitas belum tentu berbanding lurus dengan rasa aman atau kualitas hidup masyarakatnya.

Dari situ muncul pertanyaan: apakah religiusitas hanya sebatas identitas atau formalitas belaka? Karena kalau nilai-nilai agama tidak benar-benar dipahami dan diterapkan secara menyeluruh, ya tetap aja bakal terjadi kekacauan sosial. Bahkan dalam beberapa kasus, agama justru bisa disalahgunakan untuk membenarkan konflik atau kekerasan, apalagi kalau dicampur dengan politik dan kepentingan kekuasaan.

Jadi, yang perlu ditekankan di sini bukan sekadar seberapa religius suatu masyarakat terlihat, tapi bagaimana ajaran agama itu benar-benar membentuk perilaku, pola pikir, dan sistem sosial yang adil dan manusiawi. Dan menurut pandangan aku, agama gak bisa berdiri sendiri tanpa didukung oleh pendidikan yang baik, kestabilan ekonomi, serta pemerintahan yang adil. Karena tanpa itu semua, nilai-nilai agama bisa kehilangan maknanya dalam kehidupan sehari-hari, dan yang tersisa hanyalah simbol.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendahuluan: Media & Agama

TEORI KOMUNIKASI AGAMA ; MEDIA & AGAMA