Pengaruh Media Terhadap Praktik Keagamaan ; Media & Agama

Saat ini media tidak hanya menjadi entitas yang menghasilkan produk budaya, ekonomi, politik, tetapi juga ideologi dan agama. Internet pada masa kini sebagai simbol lahirnya media baru yang dihasilkan melalui teknologi telah membawa nilai-nilai agama baru. Internet dalam mentransimisikan pesan memudahkan semua orang mengakses pesan-pesan agama. Jika dahulu orang yang belajar agama harus mondok, sekolah madrasah, atau berguru kepada ulama, maka di zaman sekarang bisa didapat melalui pencarian di internet maupun media sosial atau media baru lainnya. Lebih jauh lagi, internet telah menciptakan ruang visual islam dan praktek keagamaan baru bagi muslim. 

Munculnya para da'i virtual ini dalam menyiarkan doktrin keagamaan ternyata tidak hanya merespon isu keislaman, akan tetapi belakangan mereka juga merespon isu-isu kebangsaan dan kekuasan (politik) samapai kultur masyarakat. Para da'i virtual ini memiliki corak ideologis yang beragam, sehingga dalam realitas online mereka sering terlihat berselisih paham tentang satu pokok persoalan keagamaan. 


Motif Penggunaan Media (Nurdin, 2004)

  • Kebutuhan Kognitif (kebutuhan akan informasi, pengetahuan dan pemahaman termasuk tentang keagamaan)
  • Kebutuhan Afektif (kebutuhan akan emosi, perasaan dan kesenangan-dalam konteks keagamaan ini berarti pencarian ketenangan batin)
  • Kebutuhan Integrative Personal (kebutuhan akan kredibilitas, stabilitas dan status)
  • Kebutuhan Integrative Social (kebutuhan akan interaksi dengan teman atau keluarga)
  • Kebutuhan Pelepas Ketegangan (Hiburan)

Pengertian & Korelasi antara Agama dan Perilaku

Agama dalam lingkup teologi dimaknai sebagai seperangkat aturan atau sistem yang mengikat manusia dalam menjalani kehidupan sesuai kehendak Tuhan. Istilah al-dīn berasal dari akar kata dana, yadinu, dainan, yang berarti tanggungan, hutang, atau keharusan dalam menjalankan perintah dan aturan ilahi. Dengan kata lain, agama dalam pengertian teologis bukan hanya sebuah sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan kewajiban moral dan spiritual yang harus dipertanggungjawabkan oleh setiap individu kepada Tuhan. Pemaknaan ini menekankan aspek normatif dan tanggung jawab pribadi dalam menjalani kehidupan yang religius, di mana setiap tindakan manusia dipandu oleh prinsip-prinsip agama yang telah ditetapkan.

Sementara itu, dalam perspektif sosiologi dan antropologi, agama dan perilaku memiliki dimensi yang lebih luas dan kontekstual. Abdul Fatah (2004) menjelaskan bahwa agama adalah sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktik yang berkaitan dengan hal-hal suci, sedangkan Robert melihatnya sebagai bentuk kepercayaan terhadap makhluk spiritual. Di sisi lain, perilaku dalam ilmu antropologi didefinisikan sebagai segala bentuk tindakan manusia yang muncul akibat dorongan internal, tuntutan lingkungan, dan stimulus yang diterima baik dari dalam maupun luar diri (Suyono, 1985; Walgito, 1994). Perilaku tidak muncul secara acak, melainkan merupakan hasil dari proses psikologis dan sosial yang kompleks. Oleh karena itu, perilaku keagamaan dapat dianggap sebagai manifestasi nyata dari sistem kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut oleh seseorang atau kelompok masyarakat.

Dalam konteks ini, perilaku keagamaan mencerminkan usaha sadar individu atau komunitas dalam mengekspresikan pengalaman spiritual mereka. A’Yuni (2023) menyebut perilaku keagamaan sebagai tindakan yang meliputi ekspresi wajah, gerakan tubuh, penggunaan kata-kata, simbol, dan cara menyampaikan kesan terkait pengalaman dan ritual keagamaan. Hal ini menunjukkan bahwa agama tidak hanya bersifat internal sebagai keyakinan, tetapi juga eksternal dalam bentuk perilaku nyata yang dapat diamati. Korelasi antara agama dan perilaku terletak pada bagaimana keyakinan religius membentuk cara individu berpikir, merasakan, dan bertindak. Dengan demikian, perilaku keagamaan merupakan cerminan dari pemahaman dan penghayatan seseorang terhadap ajaran agamanya, serta menjadi indikator sejauh mana agama mempengaruhi kehidupan sosial dan psikologis manusia.


Lalu Apakah Media Merubah Ritual atau Perilaku Beragama ?

Sejak adanya internet, kita disuguhkan dengan fenomena Religion Online dan Online Religion pengertiannya sebagai berikut :

  • Religion Online merupakan lembaga atau institusi penyedia informasi tentang agama seperti tentang doktrin, kebijakan, organisasi, pelayanan, dan yang lainnya bagi para penjelajah dunia maya yang bersifat pasif, Contohnya saja muslim,or,oid, manhaj.com, dan website resmi tentang keagamaan lainnya.
  • Online Religion merupakan kumpulan web treveller untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan dimensi agama. Ataupun pelaku keagamaan yang ingin melakukan ritual keagmaan tertentu seperti mditasi, dan lain sebagainya. Komunikan yang bertindak disini lebih aktif dalam mencari informasi terkait keagamaan. Contohnya dalam platform aplikasi seperti whatsapp atau platform chat lainnya seperti komunitas One Day One Juz (ODOJ)

Cyberspace kini menjadi bagian dari kehidupan nyata, termasuk dalam praktik keagamaan. Aktivitas beragama dilakukan secara online seperti halnya offline, meskipun dengan cara yang berbeda dan lebih inovatif berkat teknologi. Media berperan besar dalam menyebarkan informasi agama yang kemudian diinternalisasi dan dipraktikkan oleh masyarakat. Kecepatan internet pun turut mengubah wajah dan cara beragama di era digital.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendahuluan: Media & Agama

TEORI KOMUNIKASI AGAMA ; MEDIA & AGAMA

Literasi Digital dalam Perspektif Agama : Media & Agama